" WIDYA CASTRENA DHARMA SIDHA"

MENWA

Mengenai Saya

Foto saya
Saya di lahirkan di kota padi n industri exactly at karawang...sekarang saya scul di sekolah tinggi agama islam negeri(stain)cirebon...hal yang paling saya senegi n sangat berkesan yaitu aktif n bergabung trus ma anak-anak menwa, pramuka juga kumpul bareng ma nak aa boxer

Kamis, 16 Oktober 2008

TENTANG MENWA

SAYA ingin sedikit menambahkan dan mengoreksi beberapa hal dalam tulisan mengenai resimen mahasiswa (Menwa) di "PR" tanggal 15 Desember 2005. Ketika embrio Menwa dibentuk pada tahun 1959-1961, Jenderal A.H. Nasution menginginkan agar cikal-bakal Menwa yang waktu itu dikenal dengan nama wajib latih (Wala) dapat menjadi seperti Reserve Officers Training Corp (ROTC) di Amerika. Namun, situasi saat itu dengan adanya masalah DI/TII, Trikora (Pembebasan Irian Barat), lalu Dwikora (Konfrontasi Malaysia), akhirnya Menwa di Jawa Barat (Mahawarman) menjadi satuan bantuan tempur untuk Kodam VI/Siliwangi (alokasi angka romawi "III" waktu itu adalah untuk Kodam 17 Agustus di Sumatra Barat).

Ada 6 batalyon Mahawarman ketika itu, yaitu Batalyon I/ITB, Batalyon II/Unpad, Batalyon III/Unpad, Batalyon IV/gabungan universitas swasta, Batalyon V/IKIP, Batalyon VI/gabungan akademi swasta, ditambah 1 batalyon istimewa yag dikenal dengan nama Batalyon "X"/Brigtjad (anggota Batalyon "X"/Brigtjad ini dikenal dengan tanda "X" di lidah baju dan badge Kodam Siliwangi di lengan, dan mereka apel pagi di Makodam seperti prajurit Denmakodam).

Tidak seperti Menwa sekarang yang menjadi unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang statusnya di bawah rektor. Mahawarman tempo dulu secara taktis administratif berada di bawah Panglima Kodam VI/Siliwangi. Sesuai dengan situasi saat itu, Mahawarman adalah kesatuan bersenjata, dan berdasarkan ketentuan perundang-undangan ketika itu anggota Menwa tunduk kepada yurisdiksi hukum militer (begitu juga dengan anggota Hansip/Wanra). Pada tahun 1964-1967, kita dengan mudah melihat para anggota Mahawarman berjaga-jaga di sudut-sudut strategis Kota Bandung dengan menyandang mitraliur otomatis Carl Gustav kaliber 9 mm. Parabellum.

Menjelang peristiwa G-30-S, Menwa merupakan unit yang relatif luput dari infiltrasi politik, sehingga tak heran pada waktu itu banyak pimpinan Kodam dan Korem mengandalkan kekuatan Menwa sebagai back-up Kodam/Korem.

Saya merupakan saksi hidup yang mengalami peristiwa 19 Agustus di Bandung, bentrokan berdarah antara masa pendukung Bung Karno dengan mahasiswa/pelajar KAMI/KAPI. Pada tanggal 17 Agustus 1966 Bung Karno mengucapkan pidato kenegaraan "Nawaaksara" (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah), besoknya terjadi bentrokan secara sporadis di Kota Bandung, namun yang terhebat adalah dua hari kemudian massa menyerbu gedung KAMI-KAPI Konsulat Bandung di Jalan lembong, lalu naik ke utara ke kampus Universitas Parahyangan (Unpar) di Jalan Merdeka, terdengar letupan-letupan senapan kaliber 7,62 Soviet (mungkin AK-47 atau SKS) dari arah Kebon Raja (sekarang halaman kantor Pemkot Bandung) ke gedung Unpar, yang kemudian ternyata menewaskan seorang mahasiswa tingkat akhir Unpar; Julius Usman (almarhum kemudian dianugerahi gelar Doktorandus secara anumerta oleh pihak Unpar). Anggota-anggota Mahawarman tidak tinggal diam, mereka menembak balik dengan Garand 30-06 dengan gaung ledakannya yang sangat khas. Seru bukan main! Rumah saya di Jalan Kenari, di belakang Kampus Unpar, hanya berjarak 200 meter dari "medan tempur" itu !

Sejak peristiwa 19 Agustus 1966, Panglima Siliwangi H.R. Dharsono makin mengintensifkan pembinaan kekuatan resimen Mahawarman, anggota Mahawarman merupakan mata dan telinga bagi Kodam untuk mengawasi aktivis CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) dan GMNI fraksi Ali-Surachman (koreksi untuk tulisan di "PR" 15 Desember 2005: GMKI/Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia setahu saya tidak termasuk dalam daftar pengawasan itu).

Sekarang situasi sudah berubah benar. Sementara di Amerika program ROTC bisa menghasilkan perwira sekaliber Jenderal Colin Powell, Kepala Staf Gabungan AB Amerika Serikat (setara dengan Panglima TNI di kita), dan kemudian Menteri Luar Negeri AS. Resimen mahasiswa di kita sekarang makin kehilangan pamor akibat pembinaan yang terkesan salah arah. Tidak heran apabila almarhum Letjen Mashudi yang sepanjang hidupnya sangat memperhatikan masalah bela-negara, sangat memprihatinkan kiprah perjalanan Menwa sejak tahun 1980-an. Apalagi sekarang, segala sesuatu yang berbau militer dimusuhi, dijauhi. Akhirnya kita menjadi bangsa yang lembek


Ferdiansyah, S.Si., Apt.
Jln. Pasantren No. 21
RT 03 RW 07 Cimahi
Telp.022-66121218/0818911519

(Artikel Koran Pikiran Rakyat)

JANJI DAN SEMBOYAN

Written by Administrator
Tuesday, 05 February 2008

Panca Dharma Satya

1. Kami adalah mahasiswa warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
2. Kami adalah mahasiswa yang sadar akan tanggung jawab serta kehormatan akan pembelaan negara dan tidak kenal menyerah.
3. Kami Putra Indonesia yang berjiwa ksatria dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.
4. Kami adalah mahasiswa yang menjunjung tinggi nama dan kehormatan Garba Ilmiah dan sadar akan hari depan Bangsa dan Negara.
5. Kami adalah mahasiswa yang memegang teguh disiplin lahir dan batin, percaya pada diri sendiri dan mengutamakan kepentingan Nasional di atas kepentingan pribadi maupun golongan.

SEMBOYAN


"Widya Castrena Dharmasiddha"
"Penyempurnaan pengabdian dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajurit

Last Updated ( Tuesday, 05 February 2008 )

ARTI LAMBANG MAHAWARMAN

Written by Administrator
Tuesday, 05 February 2008

Bintang di kanan atas dihadapan burung garuda dengan sayap kanan 6 (enam) dan kiri 7 (tujuh), leher 59 dan ekor enam dengan warna kuning emas dan melirik ke sebelah kanan.

Di tengah-tengah di depan burung garuda terdapat simbul silang senjata pena dalam genggaman burung garuda dengan warna putih.

Pita yang melandasi dengan warna putih dengan tulisan ditengah warna merah

“ Widya Castrena Dharma Siddha”.

Perisai yang menjadi alas warna hitam.

Arti dan Maksud

Bintang di kanan berarti cita-cita yang luhur, baik dan benar.

Bulu sayap berjumlah 13, ekor 6 dan leher 59 (13 Juni 1959 = tahun kelahiran resimen mahawarman).

Perisai berarti sebagai komponen pertahanan Negara.

Last Updated ( Tuesday, 05 February 2008 )

nilai strategis dan pengembangan organisasi menwa

Written by Administrator
Tuesday, 05 February 2008
Cita-cita luhur Resimen Mahasiswa Mahawarman sebagai suatu organisasi adalah mengemban misi agar tetap memiliki nilai strategis untuk keutuhan wilayah, kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia serta kemaslahatan umat manusia. Sebagai suatu masyarakat social (social society), kompetensi inti (core competence) Korps Mahawarman adalah pada Mahawarman dan Resimen Mahasiswa Mahawarman sebagai satu kesatuan modal SDM sehingga kinerja (performance) Korps Mahawarman ditentukan oleh kualitas Mahawarman dan Resimen Mahasiswa Mahawarman.

Untuk dapat mewujudkan cita-cita luhur dan mengemban misinya, Korps Mahawarman harus mempunyai kemampuan untuk mengurus kebutuhan dan dinamika organisasi, melakukan peningkatan kualitas dan kompetensi individu-individu, serta penciptaan lingkungan (environment) dan suasana yang kondusif yaitu suatu lingkungan yang sehat mental dan emosional sehingga pengembangan individu-individu merupakan bagian yang menyatu dan utuh dari pengembangan organisasi. Rasa saling percaya (trust) harus dikembangkan dan dibina antar individu-individu dan antara individu-individu dengan pengurus, demikian pula pada unit-unit kecil yang terdesentralisasi (misalnya, kelompok keahlian, unit litbang, unit bisnis, sekolah kompetensi, dll).

Bila rasa saling percaya tidak mampu ditanamkan akan timbul kondisi dimana semakin tinggi kompetensi individu-individu mengakibatkan semakin rendah modal intelektual Korps Mahawarman. Nilai-nilai kebersamaan (share values) Korps Mahawarman, yang disusun bersama-sama oleh individu-individunya harus menjadi landasan yang dipercaya untuk meraih cita-citanya. Budaya saling percaya mempercayai yang dilandasi oleh nilai-nilai kebersamaan akan mendorong terciptanya jejaring (network) dan aliansi strategis (strategic alliance) yang sinergistik.

Korps Mahawarman harus dapat membangun jaringan-jaringan komunikasi yang mampu menciptakan pemikiran, makna bersama, pengetahuan bersama, aturan perilaku, batasan-batasan serta indentitas individu-individunya. Korps Mahawarman memahami bahwa interaksi antara struktur formal dan struktur informal merupakan suatu proses untuk mengakomodasikan inovasi individu-individu ke dalam struktur formalnya.

Korps Mahawarman juga harus mampu menciptakan budaya belajar melalui berbagai kegiatan misalnya didalam kelompok keahlian, antar kelompok keahlian melalui penciptaan jaringan dan aliansi yang strategis sehingga terjadi perkembangan dan pertumbuhan pengetahuan. Diterapkan manajemen kinerja yang objektif, berkeadilan, transparan dan memberi motivasi berprestasi terhadap individu-individu Mahawarman, serta sistem insentif yang tepat guna.

Kualitas, dan kompetensi pemimpin yang tepat guna menjadi dasar untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan membangun budaya belajar. Pada proses awal dimana rasa saling percaya dan budaya belajar belum terbentuk, dibutuhkan pemimpin yang visionari dan transformasional yaitu yang mempunyai visi yang kuat dan mampu mentransformasikan rasa saling percaya dan budaya belajar kepada seluruh andividu-indivudunya serta menjadi satu kesatuan sistem yang disapakati. Pada saat rasa saling percaya dan budaya belajar mulai tumbuh dibutuhkan pemimpin yang sinergistik yaitu yang mampu mensinerjikan ide, gagasan, inovasi dan kreativitas individunya dalam unit-unit yang lebih kecil dan terdesentralisasi dalam satu kesatuan wadah kebersamaan Korps Mahawarman Indonesia. Dan apabila rasa saling percaya dan budaya belajar sudah mantap dan mapan, diperlukan adanya seorang pemimpin yang “tut wuri handayani”, seorang pemimpin yang mampu secara terus menerus menuntun dan menjaga keberlanjutan meningkatan nilai tambah (added value) melalui pemanfaatan networking guna kemaslahatan masyarakat Mahawarman.

Sebagai suatu lembaga dengan motto Widya Castrena Dharma Siddha keluaran (outputnya) yang dihasilkan Mahawarman adalah manusia yang mempunyai kualitas pengetahuan, kesadaraan akan bela tanah air serta pengabdian kepada bangsa. Asupan (input), proses dan keluaran (output) Mahawarman adalah perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan yang menyatu sebagai manusia yang unggul. Pertanyaannya adalah media organisasi dan manajemen yang bagaimanakah yang tepat guna diterapkan pada kelembagaan seperti Mahawarman sehingga mampu membentuk image baru, mampu beradaptasi secara berkelanjutan di abad yang kompetitif, cepat berubah, penuh dengan ketidakpastian, bergerak cepat, serta tipisnya batas-batas di era kesejagatan.

Rencana Strategis Tahun 2006 – 2010 sebagai berikut :
• Membangun kesatupaduan dalam Organisasi Corps Mahawarman Jawa Barat yang kokoh
--Dewan Korps Mahawarman
-- Korps Pelatih Mahawarman
• Membuat rencana program kompetensi di bidang linmas dan bidang pertahanan
• Pelaksanaan Rapat Komando Menwa Mahawarman ke – 13
• Membagun sistem organisasi yang efektif dan profesional • Pembentukan unit/badan-badan kelinmasan dan pertahanan dengan memakai skala prioritas
• Pelaksanaan Rapat Komando Menwa Mahawarman ke – 13

An. Komandan Menwa
Kepala Staf



Y. Stefans M, SP
NBP.97750833585
Last Updated ( Friday, 20 June 2008 )

Rabu, 15 Oktober 2008

LAMBANG MENWA INDONESIA

MAKNA SEMBILAN UNSUR LAMBANG

Perisai Segilima
Men

ggambarkan keteguhan sikap

Padi dan Kapas

Men

gga

mbarkan dasar bernegara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu

Pancasila.

Bintang , Sayap Burung , Jangkar dan Lambang Polri
Resimen Mahasiswa berada di bawah naungan ketiga unsur angkatan dan Polri

Pena dan Senjata
Di dalam pengabdiannya, wira melakukan keselarasan antara ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan.

Buku Tulis
Tugas pokok setiap wira adalah mengembangkan ilmu pengetahuan, di samping melaksanakan tugas-tugas kemenwaan.

Semboyan : Widya Castrena Dharmasiddha

Last Updated ( Tuesday, 05 February 2008 )

Minggu, 12 Oktober 2008

JUKLAK ORGANISASI MENWA

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN
RESIMEN MAHASISWA

1. PENDIDIKAN

Yang dimaksud dengan pendidikan adalah pendidikan bagi setiap anggota Resimen Mahasiswa yang merupakan syarat mutlak untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan Resimen Mahasiswa, yang terdiri dari atas :

a. Pendidikan Dasar Resimen Mahasiswa
b. Kursus Kader Pelaksana Resimen Mahasiswa
c. Kursus Kader Pimpinan Resimen Mahasiswa

a) Pendidikan Dasar adalah Pendidikan dasar Resimen Mahasiswa yang harus diikuti bagi Mahasiswa yang lulus seleksi untuk menjadi anggota Resimen Mahasiswa.

- Persyaratan :

Untuk menjadi anggota Resimen Mahasiswa diperlukan persyaratan sebagai berikut :

1) Warga Negara Republik Indonesia

2) Sehat yang dinyatakan dengan keterangan dokter untuk mengikuti Pendidikan Dasar

Resimen Mahasiswa.

3) Berkelakuan baik yang dinyatakan secara tertulis dari Polri setempat

4) Persetujuan Pimpinan Perguruan Tinggi yang bersangkutan

5) Pernyataan sukarela dan kesanggupan aktif minimal 2 tahun dalam Resimen Mahasiswa

6) Pernyataan ijin orang tua atau wali bagi yang berumur dibawah 21 tahun.


dstnya (silakan download di menu download)
Dikeluarkan di : Bandung
Pada Tanggal : 31 Agustus 2005
a.n KOMANDAN RESIMEN MAHASISWA
KEPALA STAF



YAKOBUS STEFANUS M.
NBP.9775.08.33585 Last Updated ( Tuesday, 05 February 2008 )

SEJARAH MENWA MAHAWARMAN

Sejarah Singkat Menwa Mahawarman PDF Print E-mail
Written by Administrator
Saturday, 02 February 2008
19 Desember 1961 bergeloralah di Yogyakarta Komando Pimpinan Besar Revolusi Presiden RI bung Karno yang menggentarkan dunia dengan Trikora. Seluruh rakyat menyambut komando ini dengan gegap gempita engan semangat revolusi untuk merebut Irian Barat; termasuk juga mahasiswanya. -Trikora-

1. Pantjangkan Sangsaka Merah Putih di Irian Barat
2. Gagalkan Negara Boneka Papuaa
3. Adakan Mobilisasi Umum>

13- VI s/d 14 IX 1959 jauh telah diadakan wajib latih bagi para mahasiswa di Jawa Barat. Mahasiswa yang memperoleh latihan ini siap mempertahankan home-front dan bila perlu ikut memanggul senapan ke medan laga. Mahasiswa-mahasiswa walawa (WAJIB LATIH) dididik di kodam VI/ Siliwangi dan para walawa diberi hak mengenakan lambang Siliwangi.

Sejak Trikora bergema maka kewaspadaan nasional makin diperkuat, makin memuncak sehingga timbul rencana pendidikan perwira cadangan di Perguruan Tinggi.

Berdasarkan dua surat keputusan Pangdam VI Siliwangi, maka oleh pihak Universitas pada 20 Januari 1962 dibentuk suatu badan koordinasi yang diberi nama : Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Dam VI Siliwangi disingkat BPP Resimen Mahasiswa DAM VI/ Siliwangi.

1. Prof. drg. R. G. Surya Sumantri ( Rektor Unpad) selaku Koordinator
2. Dr. Isrin Nurdin (Pembantu Rektor ITB) selaku Wakil Koordinator I
3. Drs. Kusdarminto (PR Unpar) selaku wakil Koordinator II
4. Major. Moch. Sunarman dari PUS PSYAD pada waktu itu selaku sekretaris.

Februari 1962 diadakan Refresing Course selama sepuluh minggu di Resimen Induk Infantri dan dilanjutkan dengan latihan selama 14 hari yang dikenal dengan sebutan Latihan Pasopati.

20 Mei 1962
Anggota Resimen Mahasiswa Angkatan 1959 dilantik oleh Pangdam VI/Slw menjadi bagian organik dari Kodam VI/ Slw

Dalam rencana kerja empat tahunnya tercantumlah pembentukan kader inti dan ini sudah terlaksana sejak permulaan semester 2 tahun ajaran 1962-1963. termasuk pembentukan kader inti putri.

Mahasiswa/i Jabar (Bandung Khususnya) mengikuti Latihan di Bihbul, tempat penggodokan prajurit-prajurit TNI. (Sekarang Secaba Dam III/ Slw, Bihbul). Satuan-satuan inti dari Yon mahasiswa dari beberapa universitas dan akademi dikirim ke tempat ini di bawah asuhan pelatih-pelatih dari RINSIL.

12 Juni 1964 keluarlah Surat Keputusan menteri Koordinator Komponen Pertahanan dan Keamanan DR. A.H. Nasution Jenderal TNI yang mengesahkan, Duaja Resimen Mahawarman. Penyerahan Duaja dilakukan oleh Menko sendiri. Garuda Mahawarman resmi berdiri berdampingan dengan Harimau Siliwangi.
Last Updated ( Sunday, 03 February 2008 )