" WIDYA CASTRENA DHARMA SIDHA"

MENWA

Mengenai Saya

Foto saya
Saya di lahirkan di kota padi n industri exactly at karawang...sekarang saya scul di sekolah tinggi agama islam negeri(stain)cirebon...hal yang paling saya senegi n sangat berkesan yaitu aktif n bergabung trus ma anak-anak menwa, pramuka juga kumpul bareng ma nak aa boxer

Kamis, 16 Juli 2009

PERATURAN UMUM DINAS DALAM

a) Pelaksanaan Penghormatan Militer ( PPM )

Merupakan suatu penghormatan yang di berikan junior kepada seorang senior, waktu dalam latihan maupun di luar latihan. Waktu PPM dari pukul 08.00 s/d 18.00 WIB. Jika sudah lewat dari batas yang sudah di tentukan cukup dengan mengucapkan ” salam ”.

b) TATA CARA Di Jalan

1. Jika bertemu yang lebih tua sapalah terlebih dahulu
2. Bersikap ramah ( tidak menentang )
3. Jika di ajak bicara tataplah wajahnya dan pandangan tetap lurus ke depan,
jangan membuang pandangan / muka.
4.Jika terburu – buru mintalah permisi.

c) TATA CARA Bertamu

1.Ketuklah pintu terlebih dahulu sambil mengucapkan salam sebelum memasuki
ruangan.
2.Jangan masuk sebelum di persilahkan masuk.
3.Katakan maksud dan tujuan kita.
4.Jangan duduk sebelum di persilahkan duduk terlebih dahulu dan ambilah sikap
duduk yang baik.
5.Jangan sekali – kali memegang meja.
6.Uraikan maksud dan tujuan kita.
7.Setiap di ajak bicara jangan memalingkan pandangan dan mengalihkan pembicaraan.
8.Jika di beri pertanyaan jawablah dengan tegas dan jelas serta sopan ( jangan
menjawab dengan menggunakan kepala ).
9.Bicaralah dengan baik dan sopan.
10.Jika sudah selesai ucapkan salam dan kembalikan kursi pada posisi semula.

d) TATA CARA Makan

1.Waktu makan posisi tubuh tegak.
2.Sendok di pegang oleh tangan kanan dan garpu di pegang oleh tangan kiri.
3.Cara memegang sendok dan garpu sama dengan memegang pena.
4.Diwaktu sedang makan tidak ada yang bicara.
5.Sebelum dan sesudah makan selalu membaca do’a.

BENDERA MERAH PUTIH

A. Pengertian Bendera Merah Putih

Bendera nasional Indonesia adalah sebuah bendera simpel dengan dua warna yang dibagi menjadi dua bagian secara horizontal. Warnanya diambil dari warna Kerajaan Majapahit. Bendera yang dinamakan Sang Saka - atau lebih seringnya Merah Putih - ini pertama kali digunakan oleh para pelajar dan nasionalis-nasionalis pada awal abad ke-20 di bawah kekuasaan Belanda. Setelah Perang Dunia II berakhir, Indonesia merdeka dan mulai menggunakan bendera ini sebagai bendera resmi.
Kemiripan dengan Bendera Negara Lain
Bendera ini mirip dengan bendera negara Bendera Monako dan Solothum yang mempunyai warna sama namun rasio yang berbeda, selain itu bendera ini juga mirip dengan Bendera Polandia yang mempunyai warna yang sama namun warnanya terbalik. ( www.wikipedia.com )

B. Fungsi dan Kedudukan Bendera

1. Merupakan identitas dan jati diri bangsa
2. Merupakan kedaulatan bangsa
3. Merupakan lambang tertinggi Bangsa

C. Peraturan Bendera Merah Putih

PUU No. 4 th. 1950 tentang bendera kebangsaan Indonesia. Hal – hal yang penting terdapat dalam peraturan pemerintah tentang Pusaka.
1. Bendera Pusaka adalah bendera kebangsaan yang di kibarkan pada Upacara Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
2. Duplikat Bendera Pusaka hanya dapat di kibarkan pada tanggal 17 Agustus.
3. Pada waktu penaikan / penurunan semua yang hadir berdiri tegak.
4. Pada saat akan dikibarkan / diturunkan bendera tidak boleh menyentuh tanah atau air.
5. Bendera kebangsaan tidak boleh di tempel lencana cukup dengan dua warna saja.

D. Perlakuan Terhadap Bendera Merah Putih Yang Rusak / Tidak Di Pakai

1. Di pisahkan antara kain merah dan putih
2. Bendera Yang sudah rusak hendaklah dimusnahkan / di bakar dengan cara yang benar dengan membakar bendera tersebut secara tertutup tanpa menunjukkan rasa tidak hormat kepada bendera tersebut
3. Disimpan pada tempat yang aman
4. Bendera tidak seharusnya digunakan untuk mengalas meja atau menutup sesuatu kecuali digunakan dalam upacara Pemakaman Kenegaraan.

E. Ukuran Bendera Merah Putih
Menurut PP yang menentukan bendera Indonesia yaitu PERPU No. 40 th 1950 ukuran bendera di tentukan :
1. Ukuran Maximal 300 cm x 200 cm
2. Ukuran Minimal 30 cm x 20 cm
F. Penempatan Posisi Bendera Merah Putih
1. Kapal Perang
Letaknya di bagian belakang agar tidak di kenali musuh dan tidak mudah rusak kena angin atau air.
2. Mobil Kedutaan Besar dan Mobil Pejabat Penting
Letaknya di depan sebelah kanan.
3. Organisasi Dunia PBB
Letaknya sesuai abjad
3. Organisasi – organisasi
Letak bendera Merah Putih di sebelah kanan bendera organisasi

UPACARA BENDERA

A. Makna Upacara Bendera

Upacara Bendera adalah kegiatan pengibaran atau Penuruan bendera yang dilaksanakan untuk memperingati sesuatu yang mempunyai arti bagi yang melaksanakannya, serta dilakukan secara tertib dan rapih.

B. Kewajiban Dan Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Upacara

Kewajiban pada waktu dilaksanakan upacara bendera di sekolah semua guru, siswa, staff yang berada dihalaman sekolah yang kebetulan tidak mengikuti upacara pengibaran/penurunan bendera mereka diwajibkan mengambil sikap sempurna mengarah kearah bendera dan memberikan penghormatan.

Beberapa Hal Yang Perlu Di Perhatikan Sebelum Upacara Bendera :
1. Sebelum menaikkan bendera, ujilah tali bendera terlebih dahulu bagi memastikannya teguh dan tidak mudah putus hingga menyebabkan bendera jatuh atau tidak tentu kibarannya.
2. Sebelum bendera dinaikkan pastikan kainnya dalam keadaan yang baik.
3. Mereka yang menaikkan dan menurunkan bendera hendaklah berpakaian rapih
4. Menaikkan dan menurunkan bendera dengan perlahan-lahan. Apabila mengibarkan bendera separuh tiang, bendera hendaklah dinaikkan dahulu sepenuhnya dan kemudian menurunkannya separuh tiang dan apabila menurunkan bendera separuh tiang, naikkan semula bendera sepenuh tiang dan kemudian turunkannya terus.
5. Jangan meletakkan bendera di atas tanah sebelum menaikannya.
6. Jangan dibiarkan bendera meleret ke tanah sewaktu menurunkannya. dan hendaklah diselimpangkan ke bahu apabila ia sampai ke bawah.
7. Selepas digunakan, bendera hendaklah dilipat dan disimpan dengan baik di tempat yang tertentu.

C. Kendala Yang Mungkin Terjadi Sewaktu Upacara Di Laksanakan
1. Kerekan macet Upacara berjalan terus dan setelah selesai kerekan dibetulkan.
2. Tali kerekan putus Kelompok pengibar bendera berusaha menangkap bendera tegak lurus sampai upacara selesai kemudian bendera dilipat sesuai ketentuan untuk disimpan.
3. Tiang bendera roboh Kelompok pengibar bendera berusaha menegakkan/menangkap tiang bendera yang roboh bila tidak mungkin dipertahankan laksanakan seperti pada sebelumnya.
4. Cuaca buruk/hujan Apabila sebelum dilaksanakan upacara, cuaca buruk/hujan maka upacara penaikan bendera dibatalkan. Tetapi apabila sudah dilaksanakan upacara, cuaca buruk/hujan maka upacara tetap dilaksanakan sampai bendera berada dipuncak dan lagu selesai dinyanyikan.

MATERI PBB MILITER SKEP 611

PERATURAN BARIS BERBARIS


A. Pengertian Baris Berbaris

Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan tertentu.

B. Maksud Dan Tujuan

Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :

1) Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat membedakan hak dan kewajiban
2) Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa semangat kebersamaan

Tujuan dari PBB adalah :

Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok tersebut sampai dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan, penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.

C. Aba - aba

1.Pengertian
Suatu perintah yang di berikan oleh seorang Komandan kepada pasukannya, untuk di laksanakan secara serentak atau berturut-turut.

2. Macam aba-aba

a. Aba-aba petunjuk
Di gunakan bila perlu untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan / pelaksanaan.

b. Aba-aba peringatan

Inti perintah yang cukup jelas untuk dilaksanakan tanpa rugu-ragu.

c. Aba-aba pelaksanaan

1) Ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk / peringatan dengan serentak atau berturut-turut.

2) Aba-aba pelaksanaan yang di pakai :

a) GERAK
Untuk gerak-gerakan tanpa meninggalkan tempat menggunakan kaki atau anggota
tubuh lain baik dalam berhenti maupun berjalan.
b) JALAN
Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.

Catatan : Bila gerakan meninggalkan tempat itu tidak terbatas jaraknya, maka
di dahului dengan aba-aba peringatan ” maju ”.
c) MULAI
Untuk pelaksanaan perintah yang harus di kerjakan berturut-turut.

D. Gerakan Perorangan Tanpa Senjata / Gerakan Dasar

a) Sikap Sempurna
1. Aba –aba : ” Siap – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
a. Badan / tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki merupakan sudut 60o
b. Lutut lurus, paha rapat, berat badan di kedua kaki.
c. Perut di tari sedikit, dada di busungkan, pundak di tarik ke belakang dan tidak di naikan.
d. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari tangan menggenggam tidak terpaksa, rapat di paha.
e. Ibu jari segaris dengan jahitan celana.
f. Leher lurus, dagu di tarik, mulut di tutup, gigi rapat, mata lurus ke depan, bernafas wajar.

b) Istirahat
1. Aba-aba : ” Istirahat Ditempat – GERAK ”
2. Pelaksanaan
a. Kaki kiri di pindahkan kesamping kiri, sepanjang telapak kaki ( ± 30 cm ).
b. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di bawah pinggang, punggung tangan kanan di atas telapak tangan kiri, tangan kanan di kepalkan dengan di lepaskan, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk serta kedua lengangan di lemaskan.
c. Dapat bergerak.

c) Lencang Kanan / Kiri

1. Hanya dalam bentuk bersaf.
2. aba-aba : ” Lencang kana / kiri – GERAK ”
3. Pelaksanaan
a) Mengangkat tangan kanan / kiri ke samping, jari-jari tangan kanan / kiri menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.
b) Bersamaan dengan ini kepala di palingkan ke kanan / kiri, kecuali penjuru kana / kiri.
c) Masing-masing meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang di sebelah kanan / kiri-nya.
d) Jari-jari menyentuh bahu orang yang di sebelah kanan / kirinya.
Catatan :
1) Bila bersaf tiga, saf tengah belakang, kecuali penjuru, setelah meluruskan ke depan, ikut pula memalingkan muka ke samping dengan tidak mengangkat tangan.
2) Penjuru saf tengah dan belakang, mengambil antara kedepan setelah lurus menurunkan tangan.
3) Pada aba-aba : ” Tegak GERAK ”, semua dengan serentak menurunkan lengan dan memalingkan muka kembali ke depan.

d) Setengah Lencang Kanan / Kiri

1. Aba-aba : ” Setengah Lengan Lencang Kanan – GERAK ”
2. Pelaksanaan
a. Seperti pelaksanaan lencang kanan, tetapi tangan kanan / kiri di pinggang ( bertolak pinggang ) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri di sebelahnya.
b. Pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari lainnya rapat satu sama lain di sebelah depan.
c. Pada aba-aba ” Tegak Gerak ” = Seperti pada aba-aba lencang kanan.




e) Lencang Depan

1. Hanya dalam bentuk banjar.
2. Aba-aba : ” Lencang Depan - GERAK ”
3. Pelaksanaan :
a. Penjuru tetap sikap sempurna.
b. Nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan ke depan.
c. Lengan kanan lurus, tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas, mengambil jarak atau satu lengan dan di tambah dua kepal.
d. Pada aba-aba ”Tegak Gerak ”, semua dengan serentak menurunkan tangan kembali ke sikap sempurna.

f) Berhitung

1. Aba-aba : ”Hitung - MULAI ”
2. Pelaksanaan :
a. Jika bersaf,penjuru tetap melihat ke depan, saf depan memalingkan muka ke kanan.
b. Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut mulai dari penjuru menyebut nomor, sambil memalingkan muka ke depan.
c. Jika berbanjar, semua dalam keadaan sikap sempurna.
d. Pada aba-aba pelaksanaan, mulai penjuru kanan depan berturut-turut ke belakang.
e. Penyebutan nomor di ucapkan penuh.

g) Perubahan Arah

1. Hadap kanan / kiri
a. Aba-aba : ” Hadap kanan / kiri - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kanan / kiri melintang di depan kaki kanan / kiri, lekuk kaki kanan / kiri berada di ujung kaki kanan / kiri, berat badan berpindah ke kaki kanan / kiri.
2) Tumit kaki kanan / kiri dengan badan di putar ke kanan 90o.
3) Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali seperti sikap sempurna.

2. Hadap serong kanan / kiri
a. Aba-aba : ” Hadap serong kanan / kiri - GERAK ”.
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kanan / kiri di ajukan ke depan, sejajar dengan kaki kanan / kiri.
2) Berputar arah 45o ke kanan / kiri.
3) Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali ke kaki kanan / kiri.

3. Balik kanan
a. Aba-aba : ” Balik kanan - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kiri di ajukan melintang ( lebih dalam dari hadap kanan ) di depan kaki kanan.
2) Tumit kaki kanan beserta badan di putar ke kanan 180o.
3) Kaki kiri di rapatkan pada kaki kanan.

h) Membuka / Menutup Barisan

1. Buka barisan
a. Aba –aba : ” Buka Barisan - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Regu kanan dan kiri, masing-masing kembali membuat satu langkah ke samping kanan / kiri, sedangkan regu tengah tetap.


i) Bubar

1. Aba-aba : ” Bubar jalan ”
2. Pelaksanaan :
a. Memalingkan muka ke arah komandan dan memberi hormat ( sesuai PPM )
b. Setelah di balas, kembali bersikap sempurna, balik kanan,menghitung dua hitungan dalam hati, mengayuhkan kaki kiri ke depan dengan hentakan bersamaan dengan itu lengan kanan di ayun setinggi pundak kemudian bubar.

j) Berhimpun

1. Aba-aba : ” Berkumpul - MULAI ”
2. Pelaksanaan :
a. Semua anggota datang di depan Komandan dengan berdiri bebas,dengan jarak tiga langkah
b. Bentuk mengikat, jumlah saf tidak mengikat.

k) Berkumpul

1. Berkumpul bersaf
a. Aba-aba : ” Bersaf kumpul - MULAI ”
b. Pelaksanan :
1) Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru,untuk berdiri kurang lebih 4 langkah di depannya.
2) Anggota lainnya berdiri di samping kiri penjuru dan berturut-turut meluruskan diri ( lencang kanan )
3) Penjuru melihat ke kiri, setelah lurus, memberi isyarat dengan perkataan ” Lurus ”
4) Pada isyarat ini semua anggota menurunkan tangan dan kembali bersikap sempurna
5) Bila bersenjata, sebelum meluruskan, letakan senjata di pundak kiri terlebih dahulu.

2. Berkumpul Berbanjar
a. Aba- aba : ” Berbanjar kumpul MULAI ”
b. Pelaksanaan :
1) Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru, untuk berdiri kurang lebih 4 langkah di depannya.
2) Anggota lainya berdiri di belakang penjuru dan berturut-turut meluruskan diri.
3) Anggota yang paling belakang, melihat ke depan setelah lurus memberi isyarat dengan perkataan ” Lurus ”
4) Pada isyarat ini semua anggota menurunkan lengannya dan kembali ke sikap sempurna.
5) Bila bersenjata sebelum meluruskan, letakan senjata di pundak kiri terlebih dahulu.

l) Meninggalkan Barisan

1. Bila pelatih memberikan perintah kepada anggota dalam barisan
a) Terlebih dahulu anggota tersebut di panggil keluar dari barisan
b) Perintah di berikan bila anggota telah berdiri dalam sikap sempurna.
c) Yang menerima perintah harus mengulangi perintah tersebut.

2. Bila anggota yang akan minta izin
a) Mengambil sikap sempurna dahulu
b) Mengangkat tangan kirinya ke atas ( tangan di buka jari-jari dirapatkan )
c) Menyampaikan maksudnya.
d) Setelah mendapat izin, ia keluar dari barisan tanpa menunggu anggota lainnya.

E. Gerakan Berjalan Tanpa Senjata

a. Panjang, Tempo Dan Macam Langkah

1. Langkah dapat di bedakan sbb :

Macam Langkah Panjang Tempo
a. Langkah biasa 70 cm 96 menit
b. Langkah tegap 70 cm 96 menit
c. Langkah perlahan 40 cm 30 menit
d. Langkah ke samping 40 cm 70 menit
e. Langkah ke belakang 40 cm 70 menit
f. Langkah ke depan 60 cm 70 menit
g. Langkah di waktu lari 80 cm 165 menit

2. Panjang langkah di ukur dari tumit ke tumit


b. Maju Jalan

1. Dari sikap sempurna
a. Aba-aba : ” Maju Jalan ”
b. Pelakasanaan :
1) Kaki kiri di ayun ke depan, lutut lurus telapak kaki diangkat sejajar dengan tanah setinggi 15 cm kemudian di hentakan ke tanah dengan jarak setengah langkah, selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
2) Langkah pertama di lakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke depan 90o lengan kiri 30o
3) Langkah-langkah selanjutnya lengan atas dan bawah di lenggangkan ke depan 45o dan ke belakang 300
4) Dilarang keras berbicara, melihat ke kanan / kiri.

c. Langkah Biasa

1) Pada waktu berjalan kepala dan badan seperti sikap sempurna.
2) Waktu mengayunkan kaki ke depan, lutut di bengkokan sedikit ( kaki tidak di seret ).
3) Di letakan sesuai dengan jarak yang di tentukan.
4) Langkah kaki seperti jalan biasa.
5) Pertama tumit di letakan di tanah selanjutnya seluruh kaki.
6) Lengan berlenggang wajar, lurus ke depan dan belakang.
7) Jari-jari tangan menggenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari menghadap ke atas.

d. Langkah Tegap

1. Dari sikap sempurna
a. Aba-aba : ” Langkah Tegap Maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Mulai berjalan dengan kaki kiri setengah langkah,selanjutnya seperti jalan biasa dengan cara kaki di hentakan terus menerus.
2) Telapak kaki rapat / sejajar dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh dianggat tinggi.
3) Bersamaan dengan langkah pertama, genggaman tangan di buka, hingga jari-jari lurus dan rapat.
4) Lenggang tangan ke depan 900, ke belakang 300.



2. Dari Langkah Biasa
a. Aba-aba : ” Langkah Tegap JALAN ”
b. Pelaksanaan :
 Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah
 Perubahan tangan dari menggenggam ke terbuka di lakukan bersamaan dengan hentakan kaki.

3. Kembali ke langkah biasa
a. Aba-aba : ” Langkah Biasa JALAN ”
b. Pelaksanaan :
 Di berikan pada waktu kaki kiri / kanan jatuh di tanah di tambah satu langkah.
 Langkah pertama di hentakan,bersamaan dengan itu tangan kembali menggenggam.
Catatan : Dalam keadaan berjalan, cukup menggunakan aba-aba peringatan : Langkah tegap / biasa jalan pada perubahan langkah.

e. Langkah Perlahan

1. Untuk berkabung ( mengantar jenazah ) dalam upacara kemiliteran.
a. Aba-aba : ” Langkah perlahan maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Kaki kiri di langkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak tanah di susul dengan kaki kanan di tarik ke depan dan di tahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, kemudian di lanjutkan di tapakan di depan kaki kiri.
2) Tapak kaki pada saat melangkah ( menginjak tanah ) tidak di hentikan.

2. Berhenti dari langkah perlahan
a. Aba-aba : ” Henti GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.
Selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan pada kaki kanan / kiri menurut irama langkah biasa dan kembali sikap sempurna.

f. Langkah Kesamping / Kebelakang / Depan

1. Aba-aba..........Langkah ke samping/Kebelakang/Kedepan – JALAN
2. Pelaksanaan :
 Kaki kanan / kiri di langkahkan ke samping / kekanan / kedepan sepanjang / sesuai ketentuan.
 Selanjutnya kaki kiri / kanan di rapatkan pada kaki kanan / kiri.
 Badan tetap pada sikap sempurna, tangan tidak melenggang.
 Hanya boleh dilakukan sebanyak – banyaknya 4 langkah.
 Khusus untuk langkah ke depan, gerakan dilakukan dengan langkah tegap.

g. Langkah di Waktu Lari

1. Dari sikap sempurna :
a. Aba-aba : ” Langkah Maju-JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Pada aba-aba peringatan, kedua tangan di kepalkan dengan lemas di letakan di pinggang sebelah depan dengan punggung tangan menghadap ke luar, kedua siku sedikit ke belakang.
2) Pada aba-aba pelaksanaan, di mulai lari dengan menghentakan kaki setengah langkah dan selanjutnya lari menurut panjang langkah.

2. Dari Langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Lari – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Pada aba-aba peringatan, sama dengan di atas.
2) Pada aba-aba pelaksanaan, di berikan pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.

3. Kembali ke langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Langkah biasa – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah tiga lankah kemudian berjalan biasa, di mulai dengan kaki kiri di hentakan, bersamaan dengan itu kedua lengan di lenggangakan.

4. Berhenti dari berlari
a. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah tiga Langkah, selanjutnya kaki di rapatkan, kedua di turunkan, kembali bersikap sempurna.

h. Ganti Langkah

1. Aba-aba : ” Ganti Langkah JALAN ”
2. Pelaksanaan :
a) Gerakan dapat di lakukan pada waktu langkah biasa / tegap.
b) Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.
c) Ujung kaki kanan / kiri yang sedang di belakang di rapatkan dengan tumit kaki sebelahnya.
d) Bersamaan dengan itu lenggang tangan di hentikan tanpa di rapatkan di paha.
e) Selanjutnya di sesuaikan dengan langkah baru.
f) Gerakan ini di lakukan dalam satu hitungan.

i. Jalan di Tempat

1. Dari sikap sempurna :
a. Aba-aba : ” Jalan ditempat – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
 Di mulai dengan kaki kiri, lutut berganti – ganti diangkat hingga paha rata-rata.
 Ujung kaki menuju ke bawah, tempo langkah sesuai langkah biasa.
 Badan tegak, pandangan lurus ke depan dan lengan di rapatkan pada badan ( tidak melenggang )

2. Dari Langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Jalan di tempat – Gerak ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah kemudian jalan di tempat.

3. Dari Jalan di Tempat ke Langkah Biasa :
a. Aba-aba ; ” Maju – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah dan mulai berjalan dengan menghentakan kaki kiri setengah langkah ke depan.

4. Dari Jalan di Tempat ke Berhenti :
a. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah, selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan.


J. Berhenti

a. Aba-aba : ” Henti GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh ditanah di tambah satu langkah, selanjutnya kaki kanan / kiri dirapatkan.

k. Hormat Kanan / Kiri

1. Gerakan Hormat kanan / kiri
a. Aba-aba hormat kanan kiri – GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1) Gerakan dilakukan pada waktu langkah tegap.
2) Di berikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah di tambah satu langkah
3) langkah berikutnya di hentakan.
4) Bersamaan dengan itu tangan kanan diangkat ke arah pelipis ( PPM ) kepala di palingkan dan pandangan mata di arahkan kepada yang di beri hormat sampai 450 hingga ada aba-aba ”Tegak gerak ”
5) Penjuru kanan / kiri tetap melihat kedepan untuk memelihara arah.
6) Lengan kiri tidak melenggang, rapat pada badan, pada waktu menyampaikan penghormatan.

2. Gerakan Selesai Menghormat :
a. Aba-aba : ” Tegak - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, ditambah satu langkah, langkah berikutnya di hentakan.
Bersamaan dengan itu lengan kanan maupun kiri kembali melenggang, pandangan kembali kedepan.

l. Perubahan Arah Dari Berhenti ke Berjalan

1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan :
a. Aba-aba : ” Hadap Kanan / Kiri ” Maju - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1) Membuat gerakan hadap kanan / kiri.
2) Pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan
c. aba-aba : ” Hadap Serong kanan / kiri – JALAN ”
d. Pelaksanaan :
1. Membuat gerakan hadap serong kanan / kiri
2. Gerakan selanjutnya sama sepetri diatas

3. Balik Kanan Maju Jalan
a. Aba-aba : ” Balik Kanan maju – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Membuat gerakan balik Kanan
2. Gerakan selanjutnya sama seperti di atas.

4. Ke Belok Kanan / Kiri Maju Jalan :
a. Aba-aba : ” Belok kanan / kiri maju - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Penjuru merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai berjalan ke arah tertentu.
2. Anggota lainnya mengikuti.


j. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berjalan

1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan.
2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan.
3. Ke Balik kanan maju jalan.
a. Aba-aba disesuaikan
b. Pelaksanaan :
 Aba-aba pelaksanaan jatuh pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
 Melakukan gerakan-gerakan hadap kanan / kiri hadap serong kanan / kiri, balik kanan / kiri.
 Gerakan selanjutnya, pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan, tetapi dilangkahkan.
4. Ke Belok Kanan / Kiri
a. Aba-aba : ” Belok kanan / Kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
 Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah.
 Penjuru depan merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai jalan ke arah yang baru.
 Anggota lainnya mengikuti.
Catatan :
1. a. Aba-aba : ” Dua kali belok kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
 Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
 Setelah dua langkah berjalan, kemudian melakukan gerakan belok kanan / kiri – jalan.

2. a. Aba-aba : ” Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan / kiri - JALAN”
b. Pelaksanaan :
 Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
 Setelah dua langkah berjalan, tiap-tiap banjar melakukan belok kanan / kiri, pada tempat dimana aba- aba di berikan.
 Perubahan arah 1800.

k. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berhenti

1. Ke hadap kanan / kiri berhenti
2. Ke hadap serong kanan / kiri berhenti
3. Ke balik kanan berhenti
a. Aba-aba + Hadap kanan / kiri – henti GERAK
+ Hadap serong kanan / kiri henti GERAK
+ Balik kanan henti – GERAK
b. Pelaksanaan :
Aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu tanah.
Melakukan hadap kanan / kiri, hadap serong kanan / kiri, balik kanan.
Pada hitungan ketiga, kaki kanan / kiri di rapatkan,kembali ke sikap sempurna.

l. Haluan Kanan / Kiri

Gerakan ini hanya dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah bentuk.
1. Berhenti ke Berhenti
a. Aba-aba : ” Halauan Kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Pada aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan / kiri jalan di tempat,dengan merubah arah secara perlahan-lahan sampai 900.
Bersamaan dengan ini saf mulai maju, sambil meluruskan safnya, hingga merubah arah 900, kemudian berjalan di tempat.
Setelah penjuru kanan / kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ” LURUS ”.
Kemudian Komandan memberi aba-aba Henti – Gerak .

2. Berhenti ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
Gerakan seperti tersebut di atas
Setelah aba-aba ” Maju – Jalan ” ,pasukan mulai berjalan.( aba-aba di berikan Komandan ).

3. Berjalan ke Berhenti
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri – jalan ”
b. Pelaksanaan :
Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ”LURUS”.
Pelatih memberi aba-aba ” Henti – Jalan ”

4. Berjalan ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju - Jalan ”
b. Pelaksanaan :
Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ”LURUS”.
Pelatih memberi aba-aba ” Maju – Jalan ”
Seluruhnya melaksanakan berjalan.

m. Melintang Kanan / Kiri

Gerakan ini di lakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk pasukan menjadi bersaf dengan arah tetap.
1. Berhenti ke Berhenti
a. Aba-aba ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri, kemudian barisan mebuat gerakan Haluan kiri / kanan.

2. Berhenti ke Berjalan
a. Aba-aba : Melintang kanan / kiri maju – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri kemudian barisan membuat gerakan haluan kanan / kiri.
Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.

3. Berjalan ke Berjalan
a. Aba-aba : ” Melintang Kanan / kiri Maju-Jalan ”
b. Pelaksanaan :
Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan haluan kiri / kanan.
Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.

4. Berhenti ke Berhenti
a. aba-aba : ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”
b. Pelaksanaan :
Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan haluan kiri / kanan.
Setelah aba-aba Henti – Gerak, seluruhnya kembali ke sikap sempurna.

Selasa, 14 Juli 2009

RISKA

Jangan pernah kamu meragukan aku. Jika kau butuh aku pasti aku selalu ada untukmu.Aku betul-betul bersyukur bisa menghabiskan waktu denganmu, bisa memulai hidup yang lebih baik denganmu. Tak akan aku sia-siakan apa yang telah aku dapatkan. Mencari berkah Allah bersamamu itu yang aku cita-citakan, membimbing mutiara-mutiara kecil kita agar selalu bersinar sampai langit yang ke tujuh. Perjalanan hidup dari rasa cita, rasa duka pernah kita alami. Saat ini baru separuh dari perjalanan hidup yang berhasil kita lalui. Asa itu selalu ada dalam hatiku, mengharap di setiap nafas hidupmu aku mampu menemanimu, sampai kita di pertemukan kembali oleh-Nya nanti

wajib baca

There is a story living in us that speaks of our place in the world

It is a story that invites us to love what we love and simply be ourselves

Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati
Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan

Gunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak akan bisa diputar kembali

MATERI PASKIBRA

INDONESIA RAYA

Wage Rudolf Soepratman
Pencipta Lagu Indonesia Raja
Wage Rudolf Soepratman
Wage Rudolf SoepratmanWage Rudolf Soepratman (9 Maret 1903, Jatinegara, Batavia - 17 Agustus 1938, Surabaya) adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya". Bapaknya bernama Senen, sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, lainnya perempuan. Salah satunya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.

Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama 3 tahun, kemudian melanjutkannya ke Normaalschool. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.

Soepratman dipindahkan ke kota Singkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem, sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik

W.R. Soepratman tidak beristri serta tidak mempunyai anak angkat.

Tanggal lahir
Hari kelahiran Soepratman, 9 Maret, oleh Megawati saat menjadi presiden RI, diresmikan sebagai Hari Musik Nasional. Namun tanggal kelahiran ini sebenarnya masih diperdebatkan, karena ada pendapat yang menyatakan Soepratman dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Indonesia Raya
Sewaktu tinggal di Makassar, Supratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menentang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Supratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.

Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Supratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Rudolf Supratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.

Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM jalan Embong Malang - Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok-Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.

MATERI PASKIBRA

"PROKLAMASI"

Peristiwa Rengasdengklok & Rumah Bersejarah Babah Djiaw yang Terlupakan
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l. Adam Malik dan Chaerul Saleh) dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa atau lebih tepatnya diamankan ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong.

Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah itu. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka tahu esok harinya Indonesia akan merdeka.

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur.

Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.

Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya "diambil") dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor Laut Dr. Kandeler.



naskah dibuat
di Rengasdengklok

Di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda di Jl Imam Bonjol , Jakarta Pusat. Naskah proklamasi dirumuskan dan diketik oleh Sayuti Melik
Hasil naskah dibacakan di Pegangsaan timur no.56

Latar belakang
Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang.

Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.

Para Pemuda Pejuang di Rengasdengklok
Beberapa orang pemuda yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok ini antara lain:

1. Soekarni
2. Jusuf Kunto
3. Chaerul Saleh
4. Shodancho Singgih, perwira PETA dari Daidan I Jakarta sebagai pimpinan rombongan penculikan.
5. Shodancho Sulaiman
6. Chudancho Dr. Soetjipto
7. Chudancho Subeno sebagai pemimpin Cudan Rengasdengklok (setingkat kompi). Chudan Rengasdengklok memiliki 3 buah Shodan (setingkat pleton) yaitu Shodan 1 dipimpin Shodancho Suharjana, Shodan 2 dimpimpin Shodancho Oemar Bahsan dan Shodan 3 dipimpin Shodancho Affan.
Honbu (staf) yang dipimpin oleh Budancho Martono.

Babah Djiaw Ki Siong di Dusun Bojong Kec. Rengasdengklok Kab. Karawang

Tempat Penulisan Naskah Proklamasi : Rumah Bersejarah Babah Djiaw
SEJAK Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan Soekarno-Hatta, 17 Agustus 1495, rumah alm. Babah Djiaw Ki Siong di Dusun Bojong Kec. Rengasdengklok Kab. Karawang diabadikan sebagai rumah bersejarah. Rumah seorang petani keturunan Tionghoa di pinggir Sungai Citarum itu pernah dipakai tempat tinggal para "Bapak Bangsa" dalam menyusun naskah proklamasi, sebelum naskah itu dikumandangkan di Jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.

Karena dinobatkan sebagai rumah bersejarah, seluruh bangunan rumah yang berdinding kayu jati, beratap genting tua, dan beralaskan batu bata itu dan sampai sekarang masih ditempati anak cucu Djiaw Ki Siong sebagai pemiliknya, tak boleh diperbaiki apalagi diubah seenaknya. Pelarangan itu muncul karena kekhawatiran nilai keaslian rumah itu punah.

Anehnya, dari dulu hingga sekarang, pemerintah hanya cukup memberikan nama rumah bersejarah yang harus dilestarikan. Di luar itu sama sekali tak pernah ada perhatian bagi si pemiliknya. Sementara itu, kondisi rumah kian tua dan terancam mengalami kerusakan. Andai rumah itu ambruk, bagaimana nasib keluarga yang sekarang menempati rumah itu?

Ketika Babah Djiaw Ki Siong masih hidup, sejumlah perkakas rumah yang dulu pernah dipakai Bung Karno sekeluarga, Bung Hatta, dan tokoh proklamator lainnya diangkut ke museum di Jabar. Sayangnya, Djiaw Ki Siong -- yang pekerjaan sehari-harinya sebagai petani kecil -- tak sepeser pun mendapat ganti rugi saat barang-barang miliknya itu diboyong ke museum.

"Meski demikian kedaannya, keluarga kami tetap bangga rumah ini telah dijadikan simbol rumah bersejarah bagi perjuangan bangsa. Bingungnya, rumah ini sudah lapuk dan sudah mengkhawatirkan bila dipakai tempat tinggal, sulit untuk diperbaiki karena dilarang pemerintah," kata Ny. Iin alias Djiaw Kwin Moy, cucu Djiaw Ki Siong yang sekarang menempati rumah tersebut. Di rumah itu pernah tinggal Bung Karno, Bung Hatta, Sukarni Yusuf Kunto, dr. Sucipto, Ny. Fatmawati, Guntur Soekarnoputra, dan lainnya selama tiga hari, pada 14-16 Agustus 1945.

Pada tahun 1958, rumah bersejarah itu pernah dipindahkan karena tergusur pelebaran pembangunan Sungai Citarum. Sebelum dipindahkan, dua perangkat tempat tidur terbuat dari kayu jati, tempat tidur Bung Karno dan Bung Hatta, seperangkat tempat minum dan seperangkat meja kursi tempat duduk para tokoh proklamator, diambil pihak museum Bandung.

"Engkong (kakek) Djiaw Ki Siong merelakan semua perkakas rumah untuk diabadikan sebagai benda bersejarah. Membangun rumah di tempat baru yang harus dipertahankan keasliannya pun semuanya dibiayai dari hasil jerih payah engkong, tanpa sepeser pun bantuan pemerintah," kata Yayang, suami Ny. Iin. Padahal, engkong hanyalah seorang petani kecil di Rengasdengklok.

Di antara para tokoh nasional yang memberi perhatian besar kepada keluarga Djiaw Ki Siong adalah Mayjen Ibrahim Adjie yang pada saat itu menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi. Pangdam pernah memberi penghargaan kepada Babah Djiaw berupa selembar piagam nomor 08/TP/DS/tahun 1961.

Setelah Babah Djiaw meninggal pada tahun 1964 dan beberapa tahun berselang berganti kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto, rumah bersejarah diwariskan kepada anak pertama Babah Djiaw, yakni Ny. Tiaw Siong (ibunda Ny. Iin). Sekali lagi, tak ada perhatian apa pun dari pemerintah. Malah, Ny. Tiaw sempat tak dibolehkan menerima tamu siapa pun yang ingin tahu rumah bersejarah itu.

Sekira tahun 1980-an, di Lapangan Rengasdengklok yang letaknya hanya beberapa puluh meter dari rumah alm. Djiaw, dibangun Tugu Perjuangan dengan biaya besar. Anehnya, pihak pemerintah sama sekali tak melirik keberadaan rumah Djiaw yang kondisinya sudah rusak termakan usia. Padahal, di rumah itu naskah proklamasi disusun sehari sebelum Indonesia merdeka.

"Anehnya lagi, tatkala rumah ini akan direhab karena banyak bagian yang rusak, keluarga kami malah harus lapor kesana-kemari. Akhirnya tak dibolehkan direhab, khawatir bagian rumah bersejarah berubah wujud. Karena dilarang itu ya... sampai sekarang beginilah keadaan rumah kami yang kalau terus-terusan tak dibolehkan direhab bisa-bisa ambruk," kata Ny. Iin. Ia menolak keras rumor bahwa rumahnya itu mendapat aliran sumbangan untuk biaya perawatan.

Babah Djiaw pernah berwasiat, keluarga yang menempati rumah bersejarah itu harus bersabar. Tak dibolehkan merengek minta-minta sesuatu kepada pihak mana pun. Bahkan, harus rela setiap hari menunggu rumah ini demi memberi pelayanan terbaik kepada para tamu yang ingin mengetahui sejarah perjuangan bangsa.

Karena manutnya akan wasiat engkong Djiaw, Ny. Tiaw yang kesehariannya berjualan kue di Pasar Rengasdengklok terpaksa harus berada di rumah. Begitu juga Ny. Iin yang sudah hampir tiga tahun setelah ibundanya meninggal selalu berada di rumah. Sementara itu, yang berjualan di toko adalah sang suami. Sayang, keluarga Yayang tak bisa berjualan kue di pasar, setelah tahun lalu Pasar Rengasdengklok habis dilalap api.

Berkat kesetiaan Ny. Tiaw dan Ny. Iin, sebagai ahli waris rumah bersejarah, setiap tamu dilayani dengan baik. Mereka pun mampu memberi keterangan sejarah tentang keberadaan rumah miliknya kepada setiap tamu yang datang. Memang, tak dimungkiri, di antara sekian puluh ribu tamu ada saja yang memberi uang alakadarnya.

"Tak apa-apalah rumah bersejarah ini tak diperhatikan siapa pun. Yang penting, kami pemiliknya punya kebanggaan tersendiri ikut menoreh perjuangan bangsa ini," kata Ny. Iin sambil menyatakan bahwa ia dan keluarganya sering bermimpi bertemu Bung Karno, Bung Hatta, dan sejumlah tokoh yang dulu pernah menginap di rumahnya.

Rumah bersejarah milik alm. Djiaw Ki Siong berada di sebuah perkampungan di lingkungan padat perumahan masyarakat Dusun Bojong. Dari lapangan Tugu Perjuangan ke rumah itu, ada jalan sempit belum beraspal. Bila hujan turun, jalan becek menyulitkan tamu berkunjung ke rumah itu.

Di ruang tamu berukuran 6 x 8 meter terdapat dua buah meja ukir jati. Di atasnya terpampang buku-buku sejarah perjuangan. Ada buku tamu tebal dan sudah penuh diisi tandatangan puluhan ribu tamu. Di dinding tembok kayu terpampang gambar alm. Djiaw Ki Siomg berdampingan dengan gambar Bung Karno terbingkai kaca.

"Di kamar inilah Bung Karno, Ibu Fatmawati dang putra ciliknya Guntur istirahat tidur. Di samping kiri kamar, tempat Bung Hatta dan tiga tokoh proklamator istirahat, sementara bangku dipan ini tempat para ajudan Bung Karno berjaga," kata Yayang sambil menunjuk dua buah kamar yang sudah lama tak pernah dipakai tempat tidur. Sementara itu, tempat istirahat keluarga Yayang berada di belakang ruang tamu yang sekarang sudah direnovasi secara permanen.

Pascareformasi, rumah Djiaw Ki Siong cukup sering dikunjungi para tamu. Sejumlah tokoh nasional seperti Akbar Tanjung, Roy B.B. Janis, Guntur Soekarnoputra, Gempar Soekarnoputra, Harmoko, dan sejumlah tokoh dari fungsionaris PDIP sering datang juga. Adapun Megawati Soekarnoputri baru berjanji saja, karena sampai sekarang belum berkunjung.

Tokoh pejuang yang juga seniman kondang Karawang, R.H. Tjetjep Supriyadi menyesalkan pemerintah yang sama sekali tak memerhatikan rumah sejarah Babah Djiaw Ki Siong. Termasuk juga, para pejuang Rengasdengklok yang dulunya ikut bergerilya, berjuang membela negara.

"Saya malu Tugu Pangkal Perjuangan Rengasdengklok amburadul. Jalan menuju Rengasdengklok rusak berat, apalagi jika melihat kondisi rumah Djiaw Ki Siong yang hampir roboh. Heran saya, kok jadi begini perhatian para pemimpin bangsa," tegas R.H. Tjetjep Supriyadi, yang mengaku ikut berjuang dalam perang gerilya di Rengasdngklok.

Tjejep membeberkan, sebetulnya Hari Proklamasi Kemerdekaan RI rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada Hari Kamis tanggal 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Ki Siong. Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah babah itu. Bendera merah putih sudah berani dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus, karena tahu esok harinya Indonesia akan merdeka.

"Ketika naskah proklamasi mau dibacakan, tiba-tiba pada Kamis sore kedatangan Ahmad Subarjo. Ia mengundang Bung Karno dkk. berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56," kata Tjetjep Supriadi.(H. Undang Sunaryo/MD/Dodo Rihanto/"PR")***

MATERI PASKIBRA

"WAJAH KITA DI CIPTAKAN MENGHADAP KE DEPAN DAN KALAU HARUS MENOLEH HANYA SAMPAI SEBATAS BAHU.SEAKAN-AKAN MEMBERIKAN MAKNA AGAR KITA MELAYANGKAN PANDANGAN KE DEPAN.BAHKAN JAUH KEMASA YANG AKAN DATANG."

Jumat, 27 Februari 2009

bahan skripsi

The History of the Crossword Puzzle

In 1913, it was a "word-cross"; in Ancient Rome, a Word Square


Solve the current
Click here to take the current Infoplease crossword
Visit the Crossword Archive
Tebal

On Dec. 21, 1913, the Sunday New York World printed a puzzle called a "word-cross," devised by Liverpudlian Arthur Wynne. The puzzle was an immediate success and became a weekly feature. The name evolved into the more euphonious "cross-word," and finally, the hyphen was dropped. Despite the success, the World was the only paper printing the puzzles until 1924 when a fledgling publishing house put out a collection of the World's puzzles in book form. A craze was launched, along with the publishing company of Simon & Schuster.

Word Squares in Pompeii

Word squares go back to ancient times—a word square was found in the Roman ruins of Pompeii. Word squares are difficult to compose—the really satisfactory 10-letter word square has yet to be devised by either person or computer. In 19th-century England, word squares had become the basis for primitive crossword puzzles for children, sometimes with pictures as clues or with an educational slant. Adults didn't do them until the World's word-cross in 1913.

The New York Times Holds Out

Today you'd be hard pressed to find a newspaper that doesn't print a crossword puzzle. One of the last holdouts to the crossword craze was the New York Times, which first published a Sunday puzzle in 1942 and a daily puzzle in 1950. Along with the standard crossword puzzle, newspapers today have word jumbles, word searches, cryptic crossword puzzles, diagramless puzzles, acrostics, and other word games.

Britain's Cryptic Puzzles

In Britain the crossword puzzle took a cryptic turn. To solve a cryptic puzzle, you have to figure out the clue itself as well as the definition. To the uninitiated cryptic clues often make very little sense—"Beat in return game here (4)" yields the word "golf" (game)—flog (beat) spelled backwards (in return). The American-type and cryptic-type crosswords have crisscrossed the Atlantic. The London Times now prints the two types daily while cryptics regularly show up in the Sunday New York Times and The Atlantic Monthly.

The New York World has disappeared, as well as the 1920s fads of flagpole sitting and goldfish swallowing, but Simon & Schuster still publishes books of crossword puzzles and the crossword's popularity continues on into the 21st century.

Jumat, 20 Februari 2009

Bahan skripsi a Aceng

Terminology

The creating of crosswords is called cruciverbalism among its practitioners, who are referred to as cruciverbalists. The terms derive from the Latin for cross and word. Although the terms have existed since the mid 1970s, non-cruciverbalists rarely use them, calling crossword creators constructors or (especially outside the United States) setters. Many puzzle creators in the UK regard this term as affected or pretentious and consider that "compiler" is adequate.

The horizontal and vertical lines of white cells into which answers are written are commonly called entries or answers. The clues are usually called just that, or sometimes definitions. White cells are sometimes called lights, and the black cells are sometimes called darks, blanks, or blocks. A white cell that is part of two entries (both Across and Down) is called checked, keyed or crossed. A white cell that is part of only one entry is called unchecked, unkeyed or uncrossed.

Types of grid

Crossword grids such as those appearing in most North American newspapers and magazines feature solid areas of white squares. Every letter is checked, and usually each answer is required to contain at least three letters. In such puzzles black squares are traditionally limited to about one-sixth of the design. Crossword grids elsewhere, such as in Britain and Australia, have a lattice-like structure, with a higher percentage of black squares, leaving up to half the letters in an answer unchecked. For example, if the top row has an answer running all the way across, there will be no across answers in the second row.

Another tradition in puzzle design (in North America and Britain particularly) is that the grid should have 180-degree rotational symmetry, so that its pattern appears the same if the paper is turned upside down. Most puzzle designs also require that all white cells be orthogonally contiguous (that is, connected in one mass through shared sides, to form a single polyomino). The design of Japanese crossword grids often follows two additional rules: that black cells may not share a side and that the corner squares must be white. Substantial variants from the usual forms exist. Two of the common ones are barred crosswords, which use bold lines between squares (instead of black squares) to separate answers, and circular designs, with answers entered either radially or in concentric circles. Free form crosswords have simple designs and are not symmetric. Grids forming shapes other than squares are also occasionally used. Puzzles are often one of several standard sizes. For example, many weekday puzzles (such as the New York Times crossword) are 15×15 squares, while weekend puzzles may be 21×21, 23×23 or 25×25.

Typically, clues appear outside the grid, divided into an Across list and a Down list; the first cell of each entry contains a number referenced by the clue lists. For example, the answer to a clue labeled "17-Down" is entered with the first letter in the cell numbered "17", proceeding down from there. Numbers are almost never repeated; numbered cells are labeled consecutively, usually from left to right across each row, starting with the top row and proceeding downward. Some Japanese crosswords are numbered from top to bottom down each column, starting with the leftmost column and proceeding right. Some crosswords do not number the clues, but have their clues in small print inside grid cells which act as blanks, each clue with a little arrow indicating in which direction from its initial cell the answer is to be written. This kind of crossword originated in Scandinavia and has many different names: "Arrowwords", "Pointers" or "Tipwords" in English, Autodefinidos in Spanish, "Mots Fléchés" in French, etc, and are very popular[citation needed], often being printed larger than conventional crosswords (to allow adequate space for printing the clues) and are much-used in competitions.

Kamis, 19 Februari 2009

SKRIPSI A ACENG NU AYEUNA

THE CORRELATION BETWEEN THE CROSSWORD AND THE STUDENTS’ MOTIVATION IN IMPROVEMENT VOCABULARY

A. BACKGROUND OF PROBLEM

Learning, in psychology, the process by which a relatively lasting change in potential behavior occurs as a result of practice or experience. Learning is distinguished from behavioral changes arising from such processes as maturation and illness, but does apply to motor skills, such as driving a car, to intellectual skills, such as reading, and to attitudes and values, such as prejudice. There is evidence that neurotic symptoms and patterns of mental illness are also learned behavior. Learning occurs throughout life in animals, and learned behavior accounts for a large proportion of all behavior in the higher animals, especially in humans.( See T. Tighe, Modern Learning Theory (1982); B. Schwartz, Psychology of Learning and Behavior (2d ed. 1983).)

The scientific investigation of the learning process was begun at the end of the 19th cent. by Ivan Pavlov in Russia and Edward Thorndike in the United States. Three models are currently widely used to explain changes in learned behavior; two emphasize the establishment of relations between stimuli and responses, and the third emphasizes the establishment of cognitive structures. Albert Bandura maintained (1977) that learning occurs through observation of others, or models; it has been suggested that this type of learning occurs when children are exposed to violence in the media.

A crossword is a word puzzle that normally takes the form of a square or rectangular grid of black and white squares. The goal is to fill the white squares with letters, forming words or phrases, by solving clues which lead to the answers. In languages which are written left-to-right, the answer words and phrases are placed in the grid from left to right and from top to bottom. The black squares are used to separate the words or phrases. Squares in which answers begin are usually numbered. The clues are then referred to by these numbers and a direction, for example, "4-Across" or "20-Down". At the end of the clue the total number of letters is sometimes given, depending on the style of puzzle and country of publication. Some crosswords will also indicate the number of words, should there be more than one.

The definition of motivation is to give reason, incentive, enthusiasm, or interest that causes a specific action or certain behavior. Motivation is present in every life function. Simple acts such as eating are motivated by hunger. Education is motivated by desire for knowledge. Motivators can be anything from reward to coercion.

There are two main kinds of motivation: intrinsic and extrinsic. Intrinsic motivation is internal. It occurs when people are compelled to do something out of pleasure, importance, or desire. Extrinsic motivation occurs when external factors compel the person to do something. However, there are many theories and labels that serve as sub tittles to the definition of motivation. For example: "I will give you a candy bar if you clean your room." This is an example of reward motivation.

A common place that we see the need to apply motivation, is in the work place. In the work force, we can see motivation play a key role in leadership success. A person unable to grasp motivation and apply it, will not become or stay a leader. It is critical that anyone seeking to lead or motivate understand "Howletts Hierarchy of Work Motivators."

Salary, benefits, working conditions, supervision, policy, safety, security, affiliation, and relationships are all externally motivated needs. These are the first three levels of "Howletts Hierarchy" When these needs are achieved, the person moves up to level four and then five. However, if levels one through three are not met, the person becomes dissatisfied with their job. When satisfaction is not found, the person becomes less productive and eventually quits or is fired. Achievement, advancement, recognition, growth, responsibility, and job nature are internal motivators. These are the last two levels of "Howletts Hierarchy." They occur when the person motivates themselves (after external motivation needs are met.) An employer or leader that meets the needs on the "Howletts Hierarchy" will see motivated employees and see productivity increase. Understanding the definition of motivation, and then applying it, is one of the most prevalent challenges facing employers and supervisors. Companies often spend thousands of dollars each year hiring outside firms just to give motivation seminars.

Another place motivation plays a key role is in education. A teacher that implements motivational techniques will see an increased participation, effort, and higher grades. Part of the teachers job is to provide an environment that is motivationally charged. This environment accounts for students who lack their own internal motivation. One of the first places people begin to set goals for themselves is in school. Ask any adult: "What is the main thing that motivates you." Their answer will most likely be goals. Even the simplest things in life are the result of goal setting. A person may say, "I want to save 300.00 for a new T.V." Well, that is a goal. School is where we are most likely to learn the correlation between goals, and the definition of motivation. That correlation is what breeds success.

So, as you can see, motivation is what propels life. It plays a major role in nearly everything we do. Without motivation, we would simply not care about outcomes, means, accomplishment, education, success, failure, employment, etc..

Wendy Pan is an accomplished niche website developer and author. To learn more about definition of motivation, please visit Self Improvement and Motivation for current articles and discussions.

Article Source: http://EzineArticles.com/?expert=Wendy_Pan

Motivation and achievement

As the foregoing section shows, unsuccessful learners’ lack of learning motivation hampers their learning. The word “motivation” refers to an inner drive that moves one to a particular action (Dornyei, 2001). Studies have found that motivation plays a significant role in deciding the learners’ achievement in language learning. According to Gardner (1985) and Dornyei (2001), second language achievement is associated with language attitude, motivation, and anxiety. Another study revealed that achievement and motivation influence each other, particularly in some affective variables (Gardner, Masgoret, Tennant, & Mihic, 2004).

Psychologists have tried to define what constitutes motivation (Dornyei, 2001). Among the various theories, the self-efficacy theory deserves special attention because it explains the important role that confidence plays in a person’s language learning. According to Bandura (1993), people’s cognitive performance is related to their self-efficacy, which is determined by one’s previous performance, vicarious learning, verbal encouragement by others, and one’s psychological reacions (e.g. pleasure or anxiety). In other words, if people lack successful or pleasant learning experience, they will no longer believe in their own ability to learn and choose to give up quickly. As Ames (1986) pointed out, successful learning is related to earners’ beliefs and perceptions toward their own learning. A study by Tuckman and Sexton (1990) also uncovered a clear connection between self-efficacy beliefs and academic outcomes.

The Significance of Building Vocabulary Words

Building vocabulary words is key to reading, to writing, to verbal expression, and in many ways, vocabulary is key to building analytical and critical thinking. A person's vocabulary skills can be measured in terms of building receptive vocabulary (ie understanding) words and their expressive vocabulary words. People can build their expressive vocabulary in two ways that can get measured: the written vocabulary words or their spoken vocabulary words. Building vocabulary skills improves reading comprehension and reading fluency. Without building a large vocabulary, students cannot read successfully.

Building Vocabulary & Learning Words Starts at Home

Building vocabulary is far more than memorizing words. Ideally, children should be brought up in a rich language environment which is language- and word- conscious. Children take up attitudes and learn from their parents so building vocabulary starts as a family affair. Children are greatly influenced generally by the amount of conversation, by the nature of the conversation (and the vocabulary used), and the "word awareness" of the family.There are a great number of families where vocabulary word games are played with the children as an ongoing game to build vocabulary and "word awareness" skills including phonemic awareness. These games can build vocabulary and phonemic awareness.

Vocabulary Games - The Fun way to Learn Words Starting Early

Two games to mention: The alphabet game. The first level starts as early as age 3 with just reciting the alphabet going back and forth between parent and child (this often is done while driving). Once this "level" of the word game gets too easy, its time to play the game with words and go back forth with: "Apple, Baker, Cat etc". You might play the game twice in succession and in the second round, you must use new words which makes it a tougher vocabulary game. At the next level, we restrict the word to just one type such as foods: "Apple, Banana, Cheese, etc". The next level of this word game might require two syllable animal words. (BTW - we usually do not keep score and stop at V). Another vocabulary / word skill game: Hig Pig (a favorite word game), a question is asked with a definition: the answer has to be two words that rhyme. For instance: "What do you call a canine that has badly over-eaten?" Answer. a "Hog Dog". And a feline? Answer: a "Fat Cat". From there, you can move to Higgy Piggies where the answers are two syllables long. Ex, "What do you call a crab-like creature involved in organized crime?". Write to higpig@time4learning.com for the answer to this vocabulary game.

Techniques for Building Vocabulary Words - Reading & Other Media

The best method for building vocabulary is to be an active reader. But, there are differences between skilled active readers and less skilled passive ones (see reading comprehension) Students should learn to decode vocabulary words thru a vocabulary building techniques such as context clues and word roots. Word roorts means that students should learn to define words by learning the meanings of root words, prefixes and suffixes. Knowing the basics of the Latin and Greek word roots in English is useful and helps students get insight into how the English language vocabulary words derived and are structured. The use of media greatly affects the building of vocabulary. Some television programs use a large and rich vcoabulary, others are mostly explosions. Whereas many contemporary and classcial films (especially the musicals) had great conversations and rich vocabulary, many others are noticable for their poor quality of conversation (the Power Ranger might stand out as having the most limited vocabulary. Whole episodes consist of a dialogue such as "Lets do it" and "Watch out!", not exactly a sound track to build vocabulary. In interactive media, there are games where the entire sound track is explosions, there are interactive systems with rich vocabulary building, such as Time4Learning....

Selasa, 20 Januari 2009

Materi P3K

PESAN RAHASIA

Kadang-kadang kita perlu menyampaikan pesan yang sangat rahasia atau ingin membuat surprise kepada teman Pramuka yang lain.

Sehingga orang yang tidak berkepentingan denga surat/ pesan tersebut tidak bisa membacanya karena nampak seperti tidak ada tulisannya.

Caranya sebagai berikut :

  1. Alat dan bahan

Mangkuk, cangkir, kertas tulis polos, pupen cina (Pit), buah jeruk nipis, obat merah atau air perasan daun pacar cina dan kapas.

2. Caranya :

§ Tuangkan setengah cangkir air ke dalam mangkuk dan tambahkan 10 tetes obat merah atau air perasan daun pacar cina, lalu aduk sampai rata.

§ Potong jeruk nipis dan peras ambil airnya.

§ Ambil kertas tulis polos yang bersih dan tuliskan pesan rahasia dengan “tintanya” air jeruk ipis dan “pulpennya” adalah pit

§ Setelah selesai menulis, keringkan tulisan tadi hingga kering benar.

§ Cara membacanya adalah usapkan kapas yang sudah dicelup air yang dicampur obat merah tadi pada permukaan kertas.

Selamat Mencoba.

KETRAMPILAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENDAHULUAN

1. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman :

a. Kewajiban diri untuk mengamalkan kode kehoramatan pramuka

b. Kepeduliannya terhadap masyarakat/orang lain

c. Kepeduliannya terhadap usaha meningkatkan citra Gerakan Pramuka di masyarakat

2. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan merupakan seperangkat ketrampilan dan pengetahuan kesehatan yang praktis dalam memberikan bantuan pertama kepada orang lain yang sedang mengalami musibah, antara lain pada pasien yang :

a. Berhenti bernafas

b. Pendarahan parah

c. Shok

d. Patah tulang

3. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan Pengetahuan Praktis tentang Kesehatan merupakan alat pendidikan bagi para pramuka sesuai selaras dengan perkembangannya agar mampu menjaga kesehatan dirinya dan keluarga serta lingkunganny, dan mempunyai kemampuan yang mantap untuk menolong orang lain yang mengalami kecelakaan.

MATERI POKOK

1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

a. P3K bagi pasien yang berhenti bernafas

Kalau seseorang tiba-tiba napasnya berhenti, apapun latar belakangnya, harus segera dilakukan nafas buatan.

Cara yang paling praktis dan efisien untuk menyelamatkan nyawa orang tersebut adalah dengan jalan : meniupkan nafas ke paru-paru korban.

Langkah-langkah pertolongan dengan napas buatan dari mulut ke mulut/hidung sebagai berikut :

1) Kepala korban diletakkan dengan posisi dagu mendongak ke atas

2) Rahang ditarik sampai mulut terbuka

3) Penolong membuka mulut lebar-lebar dan ditempelkan ke mulut korban rapat-rapat dan pencet hidung atau tutup hidung korban dengan pipi, atau dapat juga dengan jalan tutup mulut korban rapat-rapat selanjutnya penolong menempelkan mulutnya ke hidung korban dan meniupnya.

4) Tiup ke mulut/hidung korban, kepada :

a) Orang dewasa secara teratur dan kuat ditiupkan 12 kali tiupan pada setiap menit.

b) Anak-anak ditiupkan 20 kali tiap menit

b. P3K bagi korban Sengatan Listrik

1) Penolong hendaknya berdiri di atas karet, karton, papan, atau karpet yang dalam keadaan kering

2) Gunakan tongkat kering/papan kering untuk menarik atau mendorong kawat beraliran listrik yang menempel pada tubuh korban

3) Setelah kontak dengan aliran listrik tiada lagi, selanjutnya segera dilakukan nafas buatan sampai bantuan medis datang

c. P3K bagi pasien yang menderita pendarahan parah

1) Luka hendaknya ditutup kain kasa kompres yang steril, selanjutnya kain kasa kompres tersebut ditekan kuat-kuat dengan tangan sampai pendarahan berhenti. Untuk menutup luka biasa juga menggunakan bahan yang bersih lainnya, misalnya kasa steril, saputangan bersih lainnya, handuk atau sobekan sprei yang semuanya sudah dicuci dan disetrika.

Kalau tidak tersedia peralatan yang steril, jangan ragu-ragu lagi menggunakan baju kotor atau tangan telanjang untuk menekan bagian yang luka agar darah tidak terus menerus mengucur karena kehilangan darah dari tubuh korban lebih berbahaya daripada resiko infeksi.

2) Luka yang sudah berdarah tidak boleh dibersihkan karena pendarahan akan membersihkan luka itu sendiri, yang boleh dibersihkan adalah kulit di sekitar luka, dengan air sabun atau air ledeng biasa atau air yang sudah dimasak.

3) Pada semua kasus pendarahan serius, penderita selalu diancam shok, untuk itu diselimuti dan letakkan penderita pada posisi yang paling menyenangkan dan semua yang mengikat pada tubuh harus dilepaskan termasuk ikat pinggang.

d. Pertolongan Pertama Mengurangi Shok

1) Setiap kecelakaan, kebakaran, keracunan yang parah, sering kali disertai dengan shok baik ringan atau parah, bahkan sampai fatal, karena shok merupakan reaksi tubuh yang ditandai oleh melambatnya atau terhentinya peredaran darah dan berakibat penurunan persediaan darah pada organ-organ penting.

2) Tanda-tanda Shok

a) Denyut nadi cepat tapi lemah

b) Merasa lemas

c) Muka pucat

d) Kulit dingin, kerinagt dingin di kening dan telapak tangan, kadang-kadang pasien menggigil

e) Merasa haus

f) Merasa mual

g) Nafas tidak teratur

h) Tekanan darah sangat rendah

3) Pertolongan Pertama Mengurangi Shok antara lain dilakukan dengan cara :

a) Menghentikan pendarahan

b) Meniadakan hambatan-hambatan pada saluran nafas

c) Memberi nafas buatan

d) Menyelimuti dan meletakkan penderita pada posisi yang paling menyenangkan

4) Langkah - langkah Pelaksanaan Pertolongan Pertama Mengurangi Shok :

a) Baringan korban dengan posisi kepala sama datar atau lebih rendah dari tubuh, dengan tujuan untuk menambah aliran darah ke jantung dan otak.

Bila kaki tidak patah, tungkai dapat ditinggikan 30-45 cm di atas posisi kepala.

b) Selimuti pasien dan hindarkan dari lantai serta udara dingin

c) Usahakan pasien tidak melihat lukanya

d) Pasien/penderita yang sadar, tidak muntha dan tidak mengalami luka di perut, dapat diberi larutan shok yang terdiri dari :

- 1 sendok teh garam dapur

- ½ sendok teh tepung soda kue

- 4-5 gelas air

- dan bisa juga ditambah air kelapa/kopi kental/teh

e) perlakukan pasien dengan lemah lembut, sebab rasa nyeri akibat penanganan yang kasar bisa menjerumuskan korban pada shok yang lebih parah.

f) Cepat-cepat panggil dokter

Selanjutnya Patah tulang dan Pembalutan

e. P3K patah tulang

1) Tanda-tanda patah tulang

a) Penderita tidak dapat menggerakkan bagian yang luka

b) Bentuk bagian yang terkena tampak tidak normal

c) Ada rasa nyeri kalau digerakkan

d) Kulit tidak terasa kalau disentuh

e) Pembengkakkan dan warna biru di sekitar kulit yang luka

2) Pedoman umum pertolongan pertama terhadap patah tulang

a) Pada umumnya patah tulang tidak pernah sebagai kasus darurat yang membutuhkan pertolongan segera, kecuali demi penyelamatan jiwa korban. Sebaiknya jangan menggerakkan atau mengganggu penderita, tunggu saja sampai dokter atau ambulans datang.

b) Kalau korban harus dipindahkan dari tempat yang membahayakan, pindahkan korban dengan cara menarik tungkai atau ketiaknya, sedang tarikannya harus searah dengan sumbu panjang badan

c) Kemudian lakukan memeriksa apakah ada luka-luka lainnya :

- hentikan pendarahan serius yang terjadi

- usahakan korban terhindar dari hambatan pernapasan

- upayakan lalu lintas udara tetap lancer

- jika diperlukan buatlah nafas buatan

- jangan meletakkan bantal di bawah kepala, tapi letakkanlah di kiri kanan kepala untuk menjaga agar leher tidak bergerak

d) Kalau bantuan medis terlambat, sedang penderita harus diangkat, jangan mencoba memperbaiki letak tulang.

ImagePAsanglah selalu pembelat (bidai) sebelum menggerakkan atau mengangkat penderita.

3) Macam-macam patah tulang dan pertolongan pertamanya

a) Patah lengan bawah Pergelangan Tangan

Letakkan perlahan-lahan lengan bawah tersebut ke dada hingga lengan membentuk sudut 90 derajat dengan lengan atas, sedang telapak tangan rata di dada

Siapkan 2 pembelat ( bidai ) yang dilengkapi dengan kain pengempuk, satu untuk membelat bagian dalam, sedang yang lain untuk membelat bagian luar

Usahakan pembelat merentang dari siku sampai ke punggung jemari

Aturlah gendongan tangan ke leher sedemikian rupa sehingga ketinggian ujung-ujung jari hanya 7,5-10 cm dari siku

Patah Tulang lengan Atas (siku ke bahu)

Letakkan tangan perlahan-lahan ke samping tubuh dalam posisi sealamiah mungkin

Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menempel perut

Pasang satu pembelat (bidai) yang sudah berlapis bahan empuk di sebelah luar lengan dan ikatlah dengan 2 carik kain di atas dan di bawah bagian yang patah

Buatlah gendongan ke leher, tempelkan ke lengan atas yang patah ke tubuh dengan handuk atau kain yang melingkari dada dan belatan (bidai)

c) Patah Tulang Lengan Bawah

Letakkan pembelat (bidai) berlapis di bawah telapak tangan, dari dekat siku sampai lewat ujung jemari.

d) Patah Tulang di paha

Patah tulang di paha sangat berbahaya, tanggulangi shok dulu dan segera panggil dokter

Luruskan tungkai dan tarik ke posisi normal

Siapkan 7 pembalut panjang dan lebar

Gunakan 2 pembelat papan lebar 10-15 cm yang dilapisi dengan kain empuk

Panjang pembelat untuk bagian luar harus merentang dari ketiak sampai lutut, sedangkan pembelat untuk bagian dalam sepanjang dari pangkal paha sampai ke lutut.

KETRAMPILAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

f. Pembalut dan Pembalutan

1) Pembalut

Macam-macam pembalut :

a) Pembalut kasa gulung

b) Pembalut kasa perekat

c) Pembalut penekan

d) Kasa penekan steril (beraneka ukuran)

e) Gulungan kapas

f) Pembalut segi tiga (mitella)

2) Pembalutan

a) Pembalutan segitiga pada kepala, kening

b) Pembalutan segitiga untuk ujung tangan atau kaki

c) Pembungkus segitiga untuk membuat gendungan tangan

d) Membalut telapak tangan dengan pembalut dasi

Image

e) Pembalutan spiral pada tangan

f) Pembalutan dengan perban membentuk angka 8 ke tangan atau pergelangan tangan yang cidera.

2. Budaya Hidup Sehat

Dalam kehidupan sehari-hari pramuka hendaknya memiliki budaya hidup sehat, dengan jalan mendidik agar mereka dibiasakan untuk :

1) Selalu menjaga kebersihan badan, misalnya pemeliharaan kuku, tangan, kaki, pentingnya mandi, pemeliharaan gigi, dsb.

2) Menjaga dan menciptakan kesegaran jasmani dan kesehatan badan, dengan jalan : secara rutin melaksanakan senam pagi, jogging, melatih pernapasan, minum air putih, dsb.

3) Menjaga ketahan tubuh, ketrampilan dan ketangkasan jasmani dengan berolahraga, mendaki gunung, berenang, terbang laying, dsb.

4) Menjaga kebesihan makanan dan minuman, serta meningkatkan pengetahuan tentang gizi.

5) Selalu menciptakan kebersihan rumah dan peralatannya, kebersihan perkemahan pada saat berkemah

6) Memahami berbagai macam penyakit dan penanggulangannya.

PENUTUP

Kegiatan Ketrampilan P3K bagi peserta didik merupakan alat pendidikan watak yang akan dapat meningkatkan ketahanan mental-moral-spiritual, pisik, intelektual, emosional, dan social; serta dapat menambah rasa percaya diri, tanggung jawab dan kepedulian kpada orang lain.

KEPUSTAKAAN

Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan Kwarnas Gerakan Pramuka. Jakarta. 1983.